Jumat, 02 Desember 2011

Impor Gas Jatim Masih Tinggi

SURABAYA Jatim kembali mencatat defisit neraca perdagangan sepanjang periode Januari sampai dengan Agustus. Nilai impor baik produk nonmigas maupun migas (minyak dan gas) jauh lebih kecil dibandingkan ekspornya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim Irlan Indrocahyo, Senin (3/9/2011) mengatakan, secara kumulatif ekspor Jatim selama delapan bulan di 2011 hanya 13,25 miliar dolar AS sedangkan impornya 14,89 miliar dolar AS.
Rinciannya, ekspor nonmigas 12,25 miliar dolar AS dan ekspor migasnya secara akumulatif 1 miliar dolar AS. Sedangkan impor nonmigas 10,77 miliar dolar AS dan impor migasnya tembus 4,12 miliar dolar AS.
“Produk nonmigas yang diimpor kebanyakan adalah bahan baku untuk produk yang akan diekspor. Jadi pada saat ingin menggenjot ekspor, mau tidak mau impor bahan baku  pasti tinggi. Sementara impor migas yang jauh lebih tinggi karena kita mengalami kelangkaan gas,” katanya.
Impor terbesar untuk produk nonmigas antara lain terdapat pada mesin-mesin mekanik, besi baja, ampas sisa produk makanan, gandum. Ekspor terbesar bahan kimia organik, tembaga, karet, kertas dan karton, kayu dan barang kayu.
“Industri terus tumbuh, sementara suplai minyak dan gas untuk bahan bakarnya selalu terbatas. Kalau tidak impor maka industri juga tidak bisa jalan. Kita juga belum bisa mengolah gas secara maksimal meskipun kita adalah penghasil sumber daya alam tersebut. Jadi selama ini lebih banyak ekspor gas mentah lalu mengimpornya kembali dalam bentuk gas yang siap pakai untuk industri,” jelasnya.
Negara sumber impor terbesar masih tetap China, disusul AS dan Thailand. Sementara negara dengan tujuan ekspor terbesara dl Jepang, China, AS dan Malaysia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar