Sabtu, 24 Desember 2011

Kebijakan Moneter


Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga.

Ada 2 kebijakan moneter yaitu :

* Kebijakan Moneter Ekspansif

Suatu kebijakan untuk menambah jumlah uang yang beredar.

* Kebijakan Moneter Kontraktif

Suatu kebijakan untuk mengurangi jumlah uang yang beredar atau disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy).

Ada beberapa cara untuk melakukan kebijakan moneter diantaranya :

- Operasi Pasar Terbuka

Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah.

- Diskonto

Diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum.

- Rasio Cadangan Wajib

Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah.

Pengertian Mekanisme Dan Harga Pasar


Pengertian Mekanisme Dan Harga Pasar


Pengertian permintaan dan penawaran termasuk perangkat analisis yang dikembangkan oleh para ahli ekonomi untuk lebih dapat memahami proses ekonomi yang tetjadi di dalam masyarakat. Dalam bagian ini akan dibicarakan pengertian permintaan (Demand), penawaran (Supply), dan interaksi antara keduanya yang bersama-sama membentuk harga (Price) di pasar (Market).
Yang ditekankan adalah bagaimana hubungan antara jumlah barang yang man dibeli atau dijual, dan harga barang itu, apa yang menyebabkan perubahan harga, dan bagaimana reaksi pembeli dan penjual bila ada perubahan harga. Dengan bantuan pengertian ini, diharapkan Anda dapat lebih memahami bagaimana cara keerja sistem harga dan pasar dalam memecahkan masalah pokokekonomi
— Pembeli dan harga pasar: Permintaan
— Penjual den harga barang: Penawaran
— Harga keseimbangan: head interaksi permintaan den penawaran di pasar
Apa,bagaiman,dan untuk siapa. Lagipula mengapa pemerintah dalam beberapa hal perlu campur tangan untuk memodifikasi sistem pasar bebas demi kepentingan masyarakat.
Pembeli dan harga barang: permintaan
Untuk hidup layak dalam masyarakat, orang membutuhkan aneka ragam barang dan jasa. Yang tidak dapat diusahakan sendiri atau di produksi, terpaksa harus dibeli. Dibeli berarti orang harus membayar harganya. Berapa jumlah dari suatu barang tertentu yang dibeli oleh masyarakat tergantung dari berbagai faktor:
Berapa jumlah pembelinya;
Berapa banyak uang yang mereka miliki untuk dibelanjakan;
Berapa mahal harga barang;
Berapa harga barang – barang lain;
Termasuk kebutuhan pokokkah barang itu juga mode dan selera konsumen. Gengsinya dalam masyarakat, dan masih banyak lainnya lagi. Karena tidak mungkin semua faktor yang ikut berpengaruh dibahas sekaligus, dalam pasal ini kite fokuskan perhatian pada hubungan antara jumlah suatu barang/jasa yang mau dibeli (Quantity demanded) dan harga (Price) barang itu. Faktor-faktor lain yang mungkin ikut mempengaruhi jumlah yang mau dibeli itu untuk sementara dikesampingkan dulu dengan anggapan “ceteris paribus”.

Kebijakan Pajak Dan Subsidi Pemerintah


Kebijakan Pajak Dan Subsidi Pemerintah

Campur tangan pemerintah yang targeting menempkan harga banyak dipraktekkan di negara-negara komunis. Tetapi di negara-negara bebas cara tersebut tidak begitu disukai. Cara yang lebilt banyak dipakai adalah campur tangan secara tidak langsung. Untuk itu, pemerintah mempunyai senjata yang ampuh, yaitu pajak dan subsidi. Melalui pajak dan subsidi, pemerintah dapat mempengaruhi baik harga maupun jumlah yang diperjualbelikan. Hal ini pun dapat dianalisis dengan bantuan kurva penawaran dan permintaan.
Pajak
Sebagai contoh kita ambil cukai, misalnya untuk minuman bir. Andaikan bir diperjualbelikan dengan harga eceran Rp8.000/botol. Kemudian, pemerintah membebankan pajak sebesar Rp4.000/botol. Apa akibamya terhadap harga? Lihat gambar 111.4.
Harga Keseimbangan
Pertama-tama kite lihat dalam grafik bahwa barge keseimbangan naik. Tetapi kenaikan harga tidak sebanyak jumlah pajak. Temyata P menjadi Rp11.000/botol. Mengapa terjadi demikian? Beban pajak sebesar Rp4000. Make, dengan adanya pajak tersebut jumlah sebesar Q w 20 hanya akan dijual oleh produsen dengan harga P Rp11.000. Tetapi pada harga Rp11.000 pars konsumen hanya man membeli 15, jadi ada surplus. Make, harga keseimbangan menjadi Rp11.000/botol, dan jumlah yang man dijual menjadi 16.
Jadi, apa akibat pajak tadi? Bagi konsumen harga naik dari Rp8.000 menjadi Rp 11.000. Jadi beban pajak yang ditanggung oleh konsumen adalah Rp3.000/botol. Lalu, penjual bagaimana? Dengan harga jual yang baru ia hanya dapat menjual Q sebanyak 16. Untuk itu, ia mendapat harga Rp11000. Tapi dari pendapatan Rp12.000/botol ini produsen barus membayar cukai sebanyak Rp4000 kepada pemerintah. Jadi, si produsen sendiri sebenarnya hanya mendapat Rp7.000/botol, (dan tidak Rp8000 seperti semula). Jadi, produsen terpaksa juga mcnanggung sebagian dari beban pajak tersebut, yaitu sebanyak Rp11.000/botol (karena jumlah yang dapat dijual lebih sedikit pada harga baru).
Jadi, akibat cukai ialah baik konsumen maupun produsen menanggung sebagian dari beban pajak, dan Q berkurang dan 20 menjadi 16. Pembagian beban pajak dapat dilihat dalam grafik: bagian atas merupakan beban konsumen karena kenaikan harga, sedang bagian bawah menjadi beban penjual karena penerimaannya berkurang.
Gambarkan sendiri bagaimana kurva S berubah bila tarif pajak yang dikenakan berupa persentase (%) tertentu dari harga jualnya.
Subsidi
Jika pemerintah memberikan subsidi, maka keadaannya terbalik. Misalnya, lama sekali pemerintah kita memberikan subsidi untuk BBM (minyak tanah dan bensin), juga untuk pupuk. Lihat gambar 111.5.
Pemberian Subsidi
Pelaksanaan pemberian subsidi biasanya disertai dengan bermacam-macam peraturan lain, misalnya penetapan harga, pedoman kalkulasi harga pokok, pembebasan pajak, daftar prioritas, dan
Demikianlah beberapa cara yang dapat ditempuh pemerintah untuk mengawasi, mengatur, dan mengendalikan harga yang berlaku dalam masyarakat.
lihatannya mungkin agak teoritis dan terlalu disederhanakan. Apalagi kalau yang dipakai hanya dua macam barang (agar dapat digambarkan danger grafik biasa). Tetapi prinsipnya dengan mudah dapat diperluas dan dikonkretkan.

Harga Dasar Pasar Ekonomi


Harga Dasar Pasar Ekonomi

Mungkin juga harga suatu barang dipandang terlalu rendah sehingga pendapatan pura produsen terancam. Untuk melindungi para produsen make pemerintah dapat melakukan campur tangan dengan menetapkan harga minimum atau Harga Eceran Terendah. Harga minimum ini lebih tinggi daripada harga keseimbangan yang berlaku di pasar dan disebut harga dasar(floor price atau support price).
Misalnya, Caine harga beras di pasar bebas turun di bawah tingkatan yang dipandang wajar, maka para petani dapat menjual berasnya kepada BULOG dengan harga dasar yang telah ditetapkan pemerintah. Dengan jalan demikian pemerintah menjamin harga minimum untuk para petani, dan mencegah keuntungan yang tidak wajar jatuh di tangan pedagang. Hal ini dilakukan di banyak negara, khususnya untuk menstabilkan harga hasil-hasi pertanian. Dengan jalan yang sama juga ditetapkan upah minimum untuk karyawan.
Harga Dasar Ekonomi
Gambar diatas:
Harga keseimbangan hanya mencapai Rp2.000. Harga ini dianggap terlalu rendah. Maka pemerintah menetapkan harga terendah Rp3.000. Dengan demikian pendapatan para produsen tidak terlalu minim. Tetapi, pada harga Rp3.000 ini ternyata timbul suatu surplus, karena Qs > Qd. Surplus ini mau diapakan? Mungkin pemerintah membelinya untuk disimpan sebagai stock atau untuk dijual ke luar negeri. Hanya dengan jalan demikian penawaran tidak berkurang.

Hal-hal Yang Mempengaruhi Elastisitas Penawaran


Hal-hal Yang Mempengaruhi Elastisitas Penawaran

Faktor-faktor terpenting yang mempengaruhi elastisitas penawaran adalah waktu yang diperlukan untuk menyesuaikan produksi dengan perubahan permintaan masyarakat, dan biaya produksi kalau produksi diperbesar atau diperkecil.
Misalnya, seorang petni yang membawa basil kebunnya ke pasar untuk dijual (sayuran, buah-buahan, bunga). Penawarannya akan inelastis. Mengapa? Kalauharga di pasar lebih tinggi daripada yang diharapkannya, ia tidak segera akan dapat menawarkan lebih banyak karna harus menunggu musim berikut. Dan kalau harga lebih rendah daripada yang diharapkan, ia tetap akan menjual seluruh persediaannya karna barang-barang ini tidak dapat disimpan lama. Umumnya penawaran hasil-hasil pertanian bersifat inelastis.
Waktu yang diperlukan untuk menyesuaikan jumlah yang ditawarkan (Qs) dengan perubahan harga dapat dibedakan:
A. Jangka waktu sangat pendek
Dalam waktu satu/beberapa hari saja semua input tetap: oleh karena itu, para produsen/penjual tidak dapat segera menambah jumlah yang ditawarkan, meskipun konsumen bersedia membayar harga yang tinggi. Jumlah barang yang ditawarkan tergantung dari banyaknya persediaan yang ada pada saat itu. Maka, dalam jangka waktu sangat pendek penawaran bersifat inelastis.
B. Jangka pendek
Diartikan jangka waktu yang cukup untuk memungkinkan para
produsen menambah jumlah produksinya dengan jalan menambah input variabel (dengan bekerja lebih keras/lama, mempergunakan lebih banyak bahan, dsb.), tetapi tidak cukup lama untuk memperbesar kapasitas produksi yang ada (areal pertanian, modal tetap seperti bangunan pabrik, mesin-mesin, dll).
Dalam keadaan demikian penawaran dapat elastis, dapat juga inelastis, tergantung jenis barang dan proses produksinya. Kalau memperbesar produksi menyebabkan biaya naik dengan cepat, make S akan inelastic. Tetapi kalau biaya produksi hampir tidak naik dengan pertambahan produksi, S akan bersifat elastis. Umumnya, hasil pertanian suplainya inelastic, sedang hasil pabrik lebih elastis.
C. Jangka panjang
Diartikan jangka waktu yang cukup lama hingga para produsen
dapat menambah kapasitas produksi dengan menambah modal tetap (pabrik baru, mesin-mesin, perluasan areal pertanian, dsb) untuk menyesuaikan produksi dengan permintaan masyarakat. Makin lama jangka waktu, makin elastis penawaran.
Dalam jangka panjang, perkembangan teknik produksi di sektor industri dan produksi secara besar-besaran malah dapat menyebabkan harga turun, sehingga barang¬barang yang dulu dipandang barang mewah dan mahal menjadi barang kebutuhan biaya yang terbeli juga oleh orang banyak (misalnya, radio transistor, kalkulator, dsb).

Garis Anggaran Rumah Tangga


Garis Anggaran Rumah Tangga

Sebagai titik pangkal kita lihat bagaimana seorang konsumen dapat membelanjakan uangnya atas dua macam barang, kalau diketahui jumlah pendapatan yang tersedia dan harga barang.
Keluarga pak Agus tinggal di kampung dan mempunyai penghasilan tertentu. Setelah dipotong untuk sewa rumah, uang sekolah anak dan beban-beban tetap lainnya, sisa uangnya sebanyak Rp40.000/bulan akan habis dibelanjakan untuk makanan dan pakaian. Tentu saja dalam kenyataan keluarga tersebut membeli lebih dari dua macam barang, tetapi untuk menyederhanakan kita batasi pada dua macam barang saja, makanan den pakaian. Harga makanan dan pakaian sudah tertentu pula, misalnya untuk pakaian Rp4.000/satuan, dan makanan Rp2.000/satuan. Nah, berapa yang dapat dibelinya?
Seandainya seluruh uang Rp40.000 yang tersedia dibelanjakan untuk membeli makanan, berapa jumlah maksimum makanan yang dapat dibeli? Jawabnya: 20 satun (yaitu Rp40.000 dibagi Rp2.000 = 20). Seandainya seluruh uangnya dibelanjakan untuk pakaian, berapa yang dapat dibelinya? 10 satuan (Rp40.000 dibagi Rp4.000 = 10).
Tentu saja keluarga Agus tidak hanya akan membeli pakaian saja, atau makanan saja, melainkan suatu kombinasi tertentu dari keduanya. Berbagai kemungkinan pembagian pengeluaran atas makanan dan pakaian (pada harga yang berlaku) dicantumkan dalam Tabel IV.3 dan digambarkan dalam grafik di sampingnya (Gambar IV.4)
Garis yang diperoleh disebut GARIS ANGGARAN (budget line) atau juga disebut garis harga atau GARIS KEMUNGKINAN KONSUMSI.
Garis Anggaran
Beberapa ciri penting garis anggaran:
a. Setiap titik pada garis anggaran menunjukkan suatu kombinasi dari M (makanan) dan P (pakaian) yang mungkin dibeli dan tepat menghabiskan pendapatan yang tersedia untuk konsumsi.
b. Setiap titik di bawah garis anggaran, misalnya titik C (6 M dan 4 P) mungkin dicapai dengan uang yang tersedia tetapi tidak menghabiskannya.
c. Setiap titik di luar garis anggaran (di sebelah kanan-atas) tidak bisa dijangkau dengan pendapatan yang tersedia, misalnya titik D (15 M dan 7 P).
d. Koefisien arah (gradien) garis anggaran menunjukkan perbandingan harga (=harga relatif) M dan P.
Harga mutlak adalah jumlah rupiah yang harus dibayar untuk memperoleh barang tertentu. Harga relatif adalah harga barang tertentu dinyatakan dalam jumlah barang lain yang harus dikorbankan untuk memperolehnya. Dalam contoh di atas, koefisien arah garis anggaran adalah -1/2. Artinya harga yang harus dibayar untuk satu satuan Makanan secara riil adalah 1/2 satuan pakaian; atau untuk menambah konsumsi pakaian dengan satu satuan, konsumen haru rela mengorbankan/melepaskan 2 satuan makanan.
e. Apabila ada perubahan dalam besarnya pendapatan keluarga, misalnya pendapatan bertambah, sedangkan hangs P dan harga M tetap sama, make garis anggaran bergeser ke luar (ke kanan-atas) sejajar dengan garis semula. lni menunjukkan bahwa keluarga yang bersangkutan dapat membeli lebih banyak, baik makanan maupun pakaian. Misalnya, dengan anggaran belanja keluarga yang tersedia sebesar Rp60.000/bulan untuk makanan dan pakaian, maka keluarga Agus dapat membeli 15 satuan pakaian atau 30 satuan makanan,atau salah satu kombinasi di tengah-tengahnya. Lihat Gambar 1V5 A.
f. Jike ada perubahan dalam harga M atas P maka arah (miringnya) geris akan berubah. Misalnya, harga pakaian tetap, tetapi harga makanan naik menjadi Rp4.000/satuan, maka jumlah M yang dapat dibeli dengan uang yang tersedia tinggal Rp40.000 dibagi Rp4.000 = 10 satuan. Sedangkan kalau harga M turun, misalnya menjadi Rp1.600/satuan, jumlah M yang dapat dibeli bertambah menjadi 25 satuan. Lihat Gambar IV.5-B.
Perubahan Pendapatan Harga
Garis anggaran menunjukkan apa yang DAPAT dilakukan oleh konsumen, tegasnya berapa P dan M yang bisa dibeli dengan tingkat penghasilan dan harga barang tertentu. Tetapi belum menunjukkan berapa yang akan dibelinya. Hal itu baru dapat ditentukan kalau diketahui apa yang diinginkan oleh konsumen yang bersangkutan, yaitu kebutuhan dan kesukaannya.

Perilaku Produsen Dalam Pasar


Perilaku Produsen Dalam Pasar


Pembahasan dasar-dasar teori ekonomi mikro mengenai perilaku produsen: apa pertimbangan produsen dalam menentukan berapa yang akan ditawarkan pada berbagai tingkat harga. Dengan kata lain: apa yang menentukan supply dari segi produsen dan apa yang ada di belakang kurva supply-nya itu. Agar prinsip dasar mudah dipahami, ulasan agak difokuskan pada perusahaan industri dalam bentuk pasar persaingan. Tetapi dengan mudah dapat diterapkan pula pada usaha lain seperti usaha pertanian atau usaha dagang.
Pokok persoalan ekonomi yang dihadapi oleh seorang produsen adalah bagaimana dangan sumber daya yang terbatas dapat mencapai basil yang sebaik-baiknya. Produsen dikatakan berhasil secara ekonomis apabila usahanya itu rendabel mau menghasilkan laba. Untuk mencapai hasil seperti yang diharapkan, seorang produsen harus bertindak secara ekonomis, artinya ia masih mempertimbangkan hasil dan pengorbanan.
Hasil yaitu produk (barang/jasa) yang dihasilkan (= output) yang dinilai dalam uang menurut harga pasar menimbulkan PENERIMAAN (revenue).
PENGORBANAN yaitu faktor-faktor produksi yang dipergunakan: bahan, tenaga kerja, mesin dan peralatan, dan sebagainya (=input), yang dinilai dalam uang menurut harga pasar adalah BIAYA (cost).
Perusahaan terletak diantara dua pasar:
- Pasar Pembelian: dimana perusahaan membeli faktor-faktor produksi yang diperlukan (INPUT/masukan) yang dibayarkan dalam uang menurut harga pasaryang berlaku = Biaya.
- Pasar penjualan: dimana pasar perusahaan menjual produk (barang/jasa) yang dihasilkan (OUTPUT/keluaran) diimbangi dengan pembayaran =PENERIMAAN
Dalam menganalisis perilaku produsen kita berpangkal pada anggapan bahwa
• produsen bertindak secara rasional.
• produsen telah mengetahui apa yang akan dihasilkan.
• produsen menghendaki basil yang sebaik mungkin dari usahanya.

Aspek Yang Mempengaruhi Biaya Produksi


Aspek Yang Mempengaruhi Biaya Produksi

Untuk menjalankan produksi diperlukan tenaga kerja, bahan-bahan dasar, alat-alat dan mesin, bahan bakar, dan sebagainya, yaitu sumber-sumber daya ekonomi atau faktor-faktor produksi. Untuk menentukan harga jual produk serta untuk dapat menentukan apakah suatu usaha itu rendabel, semua biaya produksi harus diperhitungkan dengan seteliti mungkin. Perhitungan semua biaya yang perlu dikeluarkan untuk menghasilkan suaru barang/jasa sampai barang tersebut terjual disebut “kalkulasi harga pokok“.
Pengertian Biaya
Dalam ilmu ekonomi biaya diartikan, semua pengorbanan yang perlu untuk suatu proses produksi, dinyatakan dalam uang menurut harga pasar yang berlaku. Dalam definisi ini ada empat unsur yang perlu diperhatikan:
a. Pengorbanan
Pengorbanan yang sesungguhnya adalah pemakaian faktor-faktor produksi atau sumber-sumber ekonomis bahan-bahan yang harus dipakai, waktu dan tenaga yang dicurahkan, peralatan dan mesin yang terpakai, upah karyawan yang harus dibayar, dan sebagainya.
Masalah pertama yang dihadapi oleh produsen adalah menentukan berapa jumlah pengorbanan tersebut. Untuk itu semua pengorbanan harus diukur dengan teliti (dikuantitatifkan): berapa kg bahan yang habis terpakai, berapa jam kerja yang telah dicurahkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, berapa jam mesin yang diperlukan untuk pembuatan suatu barang, dan sebagainya.
b. Pengorbanan yang perlu untuk produksi
Yang dihitung sebagai biaya hanyalah pengorbanan yang perlu saja, artinya yang tidak dapat dihindarkan. Jadi, pemborosan bahan atau waktu yang sebenarnya tidak perlu itu seharusnya tidak ikut dihitung sebagai biaya.
c. Dinilai dalam
Semua biaya produksi dinilai dalam uang. Pengeluaran yang memang harus dibayar dengan uang, seperti harga beli bahan-bahan atau gaji pegawai, sudah dengan sendirinya termasuk perhitungan biaya. Tetapi dapat tejadi bahwa ada hal-hal yang sebenrnya termasuk biaya produksi — tetapi tidak dibayar dengan uang. Misalnya, tenaga sendiri atau bahan-bahan yang diambil dari kebun sendiri. Karena tidak menyangkut pengeluaran uang, maka kerap kali juga tidak dihitung sebagai biaya. Padahal sebenarnya tenaga sendiri dan bahan-bahan itu juga harus ikut diperhitungkan sebagai biaya, meskipun tidak berupa pengeluaran uang.
Contoh lain adalah penyusutan gedung dan alat-alat produksi, yang betul-betul termasuk biaya, biar pun tidak ada satu sen pun dikeluarkan untuk itu. Biaya seperti itu, yang secara ekonomis harus dihitung sebagai biaya produksi tetapi bukan merupakan pengeluaran uang, sering juga disebut biaya implisit.
Bagaimana caranya pengorbanan atau biaya yang tidak menyangkut pengeluaran uangmmhamuadiperhituntglnan?Biaya-biaya tenanbundinilaidalamuaag,yammdiaannakan dengan harga yang umum berlaku dalam masyarakat untuk hal-hal seperti itu. Misalnya, harga pasar untuk basil kebun sendiri, untuk upah tarif yang bertaku umum, dan seterusnya. Cara ini dalam ilmu ekonomi disebut biaya alternadf (alternative cost atau opportunity cost).”
d. Menurut barna pasar yang berlaku
Kalau biaya harus dinilai dalam uang, nilai atau harga yang manakah yang harus dipakai? Di atas sudah disinggung bahwa yang dipakai adalah harga pasar yang berlaku.
Banyak orang memperhitungkan nilai bahan atau barang sama dengan harga yang dulu telah dibayar untuk membeli barang/bahan tersebut atau disebut “harga perolehan“. Tetapi berapa yang dulu dibayar untuk membeli suatu barang itu sebenarnya tidak penting lagi. Apalagi dalam masa kenaikan harga umum (inflasi). Agar suatu usaha bisa berjalan tarus (agar kontinuitas usaha terjamin), yang lebih panting adalah berapa harga yang harus dibayar sekarang kalau membeli barang yang sama lagi. Jadi yang dipakai sebagai pedoman untuk penentuan besarnya biaya dalam kalkulasi harga pokok adalah harga pasar yang berlaku sekarang (=pada saat penjualan) meskipun dahulu mungkin dibeli dengan harga yang lebih rendah atau lebih mahal.

Faktor-Faktor Utama Aspek Ekonomi Mikro


Faktor-Faktor Utama Aspek Ekonomi Mikro

Dalam teori ekonomi mikro didapati 4 unsur penting berikut, yaitu definisi-definisi, pemisalan-pemisalan, hipotesis dan pembuatan ramalan.
1. DEFINISI-DEFINISI
Definisi-definisi menjelaskan variabel-variabel (suatu besaran yang nilainya dapat mengalami perubahan) yang sifat hubungannya akan diterangkan dalam teori tersebut. Sebagai contoh dalam hukum permintaan dinyatakan “kalau harga suatu barang berubah maka jumlah barang yang diminta akan berubah”. Dengan demikian variabel yang terkait dalam hukum permintaan tersebut adalah variabel harga dan variabel jumlah barang yang diminta (dibeli).
Variabel dibedakan menjadi variabel endogenus (variabel yang sifatnya diterangkan dalam teori yang berkaitan) dan variabel eksogenus (variabel yang mempengaruhi variabel endogenus yang besarnya ditentukan oleh faktor-faktor yang berada di luar teori yang berkaitan)
2. PEMISALAN-PEMISALAN (ASUMSI)
Kegiatan ekonomi dan kehidupan perekonomian sangatlah kompleks sehingga harus dibuat gambaran yang lebih sederhana mengenai hubungan suatu peristiwa dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya (terutama dengan faktor-faktor yang terpenting). Penyederhanaan tersebut dilakukan dengan membuat pemisalan-pemisalan. Pemisalan merupakan satu syarat penting untuk pembuatan teori. Pemisalan dikenal sebagai CETERIS PARIBUS (dari bahasa Latin yang berarti hal-hal lainnya tidak mengalami perubahan)
3. HIPOTESIS
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang bersifat umum mengenai barang dan jasa. Keinginan ini dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu keinginan yang disertai kemampuan membeli barang dan jasa yang diinginkan dan keinginan yang tidak disertai oleh kemampuan untuk membeli. Keinginan yang disertai oleh kemampuan untuk membeli dinamakan permintaan efektif.
Keinginan manusia tidak terbatas jumlahnya, sedangkan sumber-sumber daya atau faktor-faktor produksi yang dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan terbatas baik dalam jumlah maupun dalam mutu. Dengan demikian manusia tidak dapat memperoleh dan menikmati semua barang dan jasa yang mereka inginkan akibat terjadinya ketidakseimbangan antara jumlah keinginan manusia dengan jumlah sumber daya yang tersedia. Disamping keterbatasan sumber daya yang ada terkadang keinginan masyarakat tidak disertai dengan kemampuan untuk membeli. Adanya ketidakseimbangan inilah yang menimbulkan aktivitas ekonomi. Manusia lalu berusaha untuk mengatur penggunaan sumber-sumber daya itu sedemikian rupa agar mereka dapat memenuhi keinginan sebanyak mungkin. Semua kegiatan manusia (perseorangan, perusahaan dan masyarakat) untuk memproduksi barang dan jasa maupun mengkonsumsi yang ditujukan kepada usaha untuk memenuhi segala keinginan yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber-sumber daya yang serba terbatas dinamakan aktivitas ekonomi.
Upaya manusia untuk melakukan pengaturan guna memenuhi kebutuhannya menghendaki seseorang, perusahaan atau masyarakat untuk membuat keputusan tentang cara terbaik untuk melakukan kegiatan ekonomi. Pembuatan keputusan tersebut dimungkinkan karena tersedianya altenatif pilihan dalam melakukan kegiatan ekonomi agar dapat memilih alternatif terbaik yang mungkin. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persoalan pokok yang diterangkan dalam analisis ekonomi pada hakikatnya bertujuan untuk menjawab pertanyaan berikut:
Bagaimana caranya menggunakan sumber-sumber daya atau pendapatan tertentu agar penggunaan tersebut dapat memberikan kepuasan dan kemakmuran yang maksimum kepada individu dan masyarakat?
Dalam kenyataannya ada 3 persoalan pokok yang dihadapi dalam setiap perekonomian:
1. Barang dan jasa apa yang diproduksi (what)
2. Bagaimana cara memproduksi barang dan jasa tersebut (how)
3. Untuk siapa barang dan jasa tersebut diproduksi (for whom)
Permasalahan pertama (what) berkaitan dengan pertanyaan berapa banyaknya barang dan jasa harus dibuat, barang dan jasa apa yang harus dibuat, kapan akan diproduksi , termasuk pula ukuran dari barang dan jasa yang akan dibuat. Permasalahan pertama ini merupakan akibat langsung dari ketidakmampuan sumber-sumber daya yang tersedia untuk memproduksi semua barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat karena keterbatasannya. Oleh sebab itu masyarakat harus melakukan pilihan. Permasalahan kedua (how) berkaitan dengan siapa yang akan memproduksi, dengan gabungan faktor-faktor produksi yang mana serta dengan teknik produksi yang bagaimana yang dapat digunakan untuk menghasilkan produk tersebut. Permasalahan ketiga (for whom) berkaitan dengan siapa yang akan menikmati dan memperoleh manfaat barang dan jasa yang dihasilkan oleh produsen, serta bagaimana mendistribusikan produk-produk yang dibuat.
Walaupun ketiga masalah ini sangat mendasar dan umum terjadi pada semua corak perekonomian, tetapi dengan berbedanya sistem perekonomian akan menimbulkan perbedaan cara pemecahan. Dalam kenyataannya ditemukan bahwa tidak ada satu orangpun atau satu organisasipun dalam perekonomian pasar yang mampu atau bertanggung jawab mengatasi masalah dasar itu sendiri. Yang mampu menjawab ke tiga masalah dasar tersebut adalah jutaan unit usaha dan konsumen yang terlibat dalam proses perdagangan sukarela, segenap tindakan dan tujuan mereka terkoordinir oleh mekanisme sistem harga dan pasar.