2012 Pertumbuhan Indonesia 6,4 Persen
Bank Pembangunan Asia (Asia Development Bank/ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2012 sebesar 6,4 persen akibat perekonomian global yang masih melambat karena krisis di Eropa.
"Indonesia akan mempertahankan angka pertumbuhan 6,4 persen dengan mewaspadai adanya pelemahan ekspor dan capital outflow pada tahun ini," ujar ekonom ADB, Edimon Ginting, dalam pemaparan di Jakarta, Rabu (11/4/2012).
Namun, Edimon memprediksi pertumbuhan ekonomi pada 2013 akan meningkat 6,7 persen karena sektor perdagangan yang pulih dari imbas krisis dan membaiknya iklim investasi.
Ia menjelaskan, pemerintah telah melakukan banyak hal untuk meningkatkan daya tahan perekonomian terhadap guncangan eksternal tersebut karena sektor konsumer dan bisnis akan ekspansif tahun ini. "Ketidakpastian di Eropa masih memengaruhi pertumbuhan, tetapi masih manageable, apalagi Indonesia menjadi salah satu negara tujuan penanaman modal asing (FDI) selain China, India, dan Brasil," tuturnya.
Menurut dia, asumsi pertumbuhan tersebut telah mempertimbangkan pemerintah akan mendorong investasi pada bidang infrastruktur, mengurangi hambatan pembangunan, seperti penyerapan anggaran belanja modal serta mengurangi kesenjangan pembangunan di kawasan barat dan timur Indonesia. "Inilah tantangan yang harus dihadapi pemerintah pada 2012, yaitu pembenahan infrastruktur dan mengurangi kesenjangan antara kota dan desa serta kawasan barat dan timur Indonesia," paparnya.
Sementara Kepala Perwakilan ADB di Indonesia Jon D Lindborg menambahkan, perekonomian Indonesia masih berada dalam posisi yang baik untuk tumbuh dan kuat. "Momentum pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara terus berlangsung. Secara umum pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penyesuaian ke arah pertumbuhan yang berkelanjutan dan jangka panjang," tuturnya.
Berdasarkan laporan ADB, Indonesia mencatat pertumbuhan sebesar 6,5 persen pada 2011 yang didorong oleh penguatan konsumsi dalam negeri, peningkatan investasi, serta naiknya "net" ekspor.
Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,7 persen dan menyumbang 2,7 persen dari total pertumbuhan ekonomi. Namun, investasi publik turun karena lemahnya penyerapan belanja modal. Konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tetap tinggi tahun ini dan tahun depan.
Tahun lalu juga tercatat tercipta 1,5 juta lapangan kerja yang mendorong peningkatan kualitas pekerjaan karena banyaknya lapangan pekerjaan pada sektor formal.
"Indonesia akan mempertahankan angka pertumbuhan 6,4 persen dengan mewaspadai adanya pelemahan ekspor dan capital outflow pada tahun ini," ujar ekonom ADB, Edimon Ginting, dalam pemaparan di Jakarta, Rabu (11/4/2012).
Namun, Edimon memprediksi pertumbuhan ekonomi pada 2013 akan meningkat 6,7 persen karena sektor perdagangan yang pulih dari imbas krisis dan membaiknya iklim investasi.
Ia menjelaskan, pemerintah telah melakukan banyak hal untuk meningkatkan daya tahan perekonomian terhadap guncangan eksternal tersebut karena sektor konsumer dan bisnis akan ekspansif tahun ini. "Ketidakpastian di Eropa masih memengaruhi pertumbuhan, tetapi masih manageable, apalagi Indonesia menjadi salah satu negara tujuan penanaman modal asing (FDI) selain China, India, dan Brasil," tuturnya.
Menurut dia, asumsi pertumbuhan tersebut telah mempertimbangkan pemerintah akan mendorong investasi pada bidang infrastruktur, mengurangi hambatan pembangunan, seperti penyerapan anggaran belanja modal serta mengurangi kesenjangan pembangunan di kawasan barat dan timur Indonesia. "Inilah tantangan yang harus dihadapi pemerintah pada 2012, yaitu pembenahan infrastruktur dan mengurangi kesenjangan antara kota dan desa serta kawasan barat dan timur Indonesia," paparnya.
Sementara Kepala Perwakilan ADB di Indonesia Jon D Lindborg menambahkan, perekonomian Indonesia masih berada dalam posisi yang baik untuk tumbuh dan kuat. "Momentum pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara terus berlangsung. Secara umum pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penyesuaian ke arah pertumbuhan yang berkelanjutan dan jangka panjang," tuturnya.
Berdasarkan laporan ADB, Indonesia mencatat pertumbuhan sebesar 6,5 persen pada 2011 yang didorong oleh penguatan konsumsi dalam negeri, peningkatan investasi, serta naiknya "net" ekspor.
Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,7 persen dan menyumbang 2,7 persen dari total pertumbuhan ekonomi. Namun, investasi publik turun karena lemahnya penyerapan belanja modal. Konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tetap tinggi tahun ini dan tahun depan.
Tahun lalu juga tercatat tercipta 1,5 juta lapangan kerja yang mendorong peningkatan kualitas pekerjaan karena banyaknya lapangan pekerjaan pada sektor formal.
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar